KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis telah berhasil menyelesaikan tugas makalah
kelompok yang berjudul “POLIHIDRAMNION (HIDRAMNION)”.
Dalam makalah ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Devi Syarief,S.Si.T selaku dosen pembimbing kemudian teman – teman yang telah
memberikan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna
, untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik untuk sempurnanya makalah
ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata dengan
kerendahan hati, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis
maupun bagi pembaca makalah ini.
Padang, 28 Maret 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
BAB II. LANDASAN
TEORITIS
A. Konsep
Teoritis Polihidramnion......................................................................... 2
1. Pengertian............................................................................................... 2
2. Tanda
dan gejala..................................................................................... 2
3. Perjalanan
penyakit................................................................................. 3
4. Frekuensi................................................................................................. 3
5. Etiologi......................................................................................... .......... 3
6. Patogenesis............................................................................................. 5
7. Predisposisi............................................................................................. 6
8. Diagnosis................................................................................................ 7
9. Diagnosa
banding.................................................................................. 10
10. Prognosis................................................................................................ 10
11. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
B. Konsep manajemen Asuhan kebidanan............................................................ 13
1. Pengumplan
data................................................................................... 14
2. Interpretasi
data..................................................................................... 21
3. Diagnosa
potensial................................................................................. 22
4. Tindakan
segera..................................................................................... 23
5. Intervensi............................................................................................... 24
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 27
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Banyak mitos ditengah
masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya mitos tentang minum air es
yang bisa mengakibatkan kembar air. Menjuluki suatu kehamilan dengan air
ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa air
ketuban itu bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh
sel (endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari,
uri) dan peresapan cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada
proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin.
Dalam keadaan
sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam bentuk
kencing, sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaran atau siklus yang
berulang. Itu sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air
kencing. Dalam air ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang
terlepas serta butiran lemak yang bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks
kaseosa). Pada suatu keaadan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang
lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut
hidramnion saja.
Menurut staf
pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban bervariasi
menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume
air ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3
liter, bahkan 5 liter. Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadi
sebelum umur kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion
belum dipastikan secara benar, salah satu yang dicurugai adanya proses infeksi.
Dua per tiga kasus polihidromnion tidak diketeahui sebabnya.
Menurut Hanifa
Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko kelahiran prematur dan
resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan
lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya
kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi
dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau
menurutnya kesejahteraan janin.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Konsep Teoritis
Polihidramnion(Hidramnion)
Menurut Rustam Muchtar (1998) penjelasan mengenai hidramnion adalah sebagai berikut
1.
Definisi
Hidramnion merupakan keadaan dimana
jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.dimana
normal air ketuban itu adalah 500-1500 ml.
2. Tanda
dan Gejala
TANDA :
- Ukuran
uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
- Identifikasi
janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
- DJJ
sulit terdengar
- Balotemen
janin jelas
GEJALA :
- Sesak
nafas dan rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada diafragma
- Gangguan
pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
- Edema
karena tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari uterus.
- Varises
dan hemoroid
- (Nyeri
abdomen)
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24
– 30 maka keadaan ini sering berlangsung secara akut dengan gejala nyeri
abdomen akut dan rasa seperti “meledak” serta rasa mual
Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai
striae yang masih baru Polihidramnion akut atau kronik dapat menyebabkan abortus atau
persalinan preterm.
3. Perjalanan
penyakit
1.
Hidramnion
kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban
bertambah secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya
terjadi pada kehamilan yang lanjut
2.
Hidramnion
akut
Terjadi penambahan air ketuban yang
sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat
pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi dari air ketuban
pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja
dengan air ketuban yang normal.
4.
Frekuensi
Yang
sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3
liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%.
Insiden dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu
sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
a.
Gemelli
atau hamil ganda (12,5%),
b.
Hidrops
foetalis
c.
Diabetes
melitus
d.
Toksemia
gravidarum
e.
Cacat
janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei
f.
Eritroblastosis
foetalis
5.
Etiologi
Mekanisme
terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori hidramnion
terjadi karena :
- Produksi
air ketuban bertambah;
yang diduga menghasilkan air ketuban
adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan
lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak
pada anencephalus.
- Pengaliran
air ketuban terganggu;
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan
dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh
janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam
peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti
pada atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan
spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari
selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal
tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna
hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion
terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah
satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu
juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih
besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko,
Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion
terjadi karena:
a.
Prduksi air jernih
berlebih
b.
Ada kelainan pada janin
yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran
cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
c.
Ada sumbatan /
penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil
volume ketuban meningkat drastis
d.
Kehamilan kembar,
karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e.
Ada proses infeksi
f.
Ada hambatan
pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi
gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g.
Ibu hamil mengalami
diabetes yang tidak terkontrol
h.
Ketidak cocokan /
inkompatibilitas rhesus
Polihidramnion
sering terkait dengan kelainan janin :
- Anensepali
- Spina
bifida
- Atresia
oesophaguis
- Omphalocele
- Hipoplasia
pulmonal
- Hidrop
fetalis
- Kembar
monosigotik
- (hemangioma)
Polihidramnion
sering berkaitan dengan kelainan ibu:
- Diabetes
Melitus
- Penyakit
jantung
- Preeklampsia
Perkembangan
polihidramnion berlangsung secara gradual dan umumnya terjadi pada trimesteri
III
PENATALAKSANAAN
:
Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara
teliti antara lain untuk melihat penyebab dari keadaan tersebut. Dilakukan pemeriksaan
OGTT untuk menyingkirkan kemungkinan diabetes gestasional. Bila etiologi tidak
jelas, pemberian indomethacin dapat memberi manfaat bagi 50% kasus Pemeriksaan USG
janin dilihat secara seksama untuk melihat adanya kelainan ginjal janin
Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik
yang mengalami komplikasi sindroma twin tranfusin , terjadi polihidramnion pada
kantung resipien dan harus dilakukan amniosentesis berulang untuk
mempertahankan kehamilan.
6.
Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh
cairan yang komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh
pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak
saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama
trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan
amnion. Hampir pasti proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume
cairan amnion.karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion,
diperkirakan bahwamekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan
amnion. Teori ini dibenarkandengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu
terjadi bila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus.
Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah
hidramnion. Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa
pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam
jumlah yang cukup banyak.Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor
etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang
terpajan ke dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca
anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih
akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau
berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin vasopressin. Hal
sebaliknya telah jelasdibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkan anuria
hampir selalu menyebabkanoligohidramnion.Pada hidramnion yang terjadi pada
kehamilan kembar monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu janin
merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan mengalami
hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan luaran
urin pada masa neonates dini,yang mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan
oleh meningkatnya produksi urin janin.Hidramnion yang sering terjadi pada
diabetes ibu selama trimester ketiga masih belumdapat diterangkan. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis
osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volumeair ketuban
trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status
glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan
produksi urin janin padawanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol
nondiabetik. Yang menarik, produksiurin janin meningkat pada wanita nondiabetik
setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
7.
Predisposisi
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:
1. Penyakit jantung
2.
Nefritis
3.
Edema umum (anasarka)
4.
Anomali kongenintal (pada anak),
seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus,
dan struma bloking oesaphagus. Dalam hal ini terjadi karena :
a. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
b.
Exscressive urinary secration
c.
Tidak berfungsinya pusat menelan
dan haus
d.
Transudasi pusat langsung dari
cairan meningeal keamnion
5. Simpul tali pusat
6.
Diabetes melitus
7.
Gemelli uniovulair
8.
Mal nutrisi
9.
Penyakit kelenjar hipofisis
10.
Pada hidromnion biasanya placenta
lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjasdi
lebih banyak dan timbul hidromnion
8. Diagnosis
1)
Anamnesis
a.
Perut lebih besar dan
terasa lebih berat dari biasa
b.
Pada yang ringan
keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
c.
Pada yang akut dan pada
pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan
karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe),
nyeri ulu hati, dan dianosis
d.
Nyeri perut karena
tegangnya uterus, mual dan muntah
e.
Edema pada tungkai,
vulva, dinding perut
f.
Pada proses akut dan
perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak
2)
Inspeksi
a.
Kelihatan perut sangat
buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan
kadang-kadang umbilikus mendatar
b.
Jika akut si ibu
terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa
kandungannya
3) Palpasi
a. Perut
tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan
tungkai
b. Fundus
uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
c. Bagian-bagian
janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
d. Kalau
pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali
e. Karena
bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
4) Auskultasi
Denyut
jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
5) Rontgen
foto abdomen
a. Nampak
bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang banyak janin
tidak jelas
b.
Foto rontgen pada
hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi, seperti
anomali kongenital (anensefali atau gemelli)
6) Pemeriksaan
dalam
Selaput
ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his
7)
Pemeriksaan penunjang
·
Foto
rontgen (bahaya radiasi)
·
Ultrasonografi
- Banyak ahli
mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-25
cm pada pemeriksaan USG.
- Dari pemeriksaan
USG, hidramnion terbagi menjadi :
Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila
kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80%
dari semua kasus yang terjadi.
Moderate hydramnion (hidramnion sedang),
bila kantung amnion mencapai 12-15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
Severe hydramnion (hidramnion berat),
bila janin ditemukan berenang dengan bebas dalam kantung amnion yang mencapai
16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%.
Weeks gestation
|
Fetus (gr)
|
Placenta (gr)
|
Amnionic fluid (ml)
|
Fluid (%)
|
16
|
100
|
100
|
200
|
50
|
28
|
1000
|
200
|
1000
|
45
|
36
|
2500
|
400
|
900
|
24
|
40
|
3300
|
500
|
800
|
17
|
From Queenan (1991)
Diagnosa banding
·
Gemelli
(kembar)
·
Asites
(pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
·
Kista
ovarium
Kehamilan dengan tumor
Diagnosis :
1.
Anamnesis
2.
Perut terlihat sangat buncit dan
tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang
umbilikus mendatar.
3.
Ibu terlihat sesak dan sianosis
serta terlihat payah karena kehamilannya
4.
Edema pada kedua tungkai, vulva dan
abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap sebagian besar sistem
pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar
5.
Fundus uteri lebih tinggi dari usia
kehamilan sesungguhnya.
6.
Bagian-bagian janin sukar dikenali.
7.
Ultrasonografi
Alasan
merujuk :
Jika
dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya
masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah
potensial yang akan dialami adalah:
Pada Janin :
1.
Kelainan kongenital
2.
Prematuritas
3.
Letak lintang atau tali pusat
menumbung
4.
Eritroblastosis
5.
Diabetes Melitus
6.
Solusio plasenta, kalau ketuban
pecah tiba-tiba
Ibu :
1.
Solusio plasenta
2.
Atonia uteri
3.
Perdarahan postpartum
4.
Retensio palsenta
5.
Syok
6.
Kesalahan-kesalahan letak janin
menyebabkan partus jadi lama dan sukar
Alur Rujukan
:
Rujukan
berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.
Tindakan
Selama Rujukan :
1.
Memberikan pengertian kepada ibu
bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai
kapasitas untuk menganganinya.
2.
Apabila ibu tidak bersedia dirujuk
maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin.
Seperti : bayi lahir premature, tali pusat menumbung, syok, dll.
3.
Mendampingi ibu dan keluarga selama
di perjalanan.
4.
Memberikan semangat kepada ibu bahwa
kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat
rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.
9. Diagnosa
banding
Bila
seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang
seharusnya, kemunginan:
1)
Hidramnion
2)
Gemelli
3)
Asites
4)
Kista ovarri
5)
Kehamilan beserta tumor
6)
kehamilan kembar
7)
mola hidatidosa
8)
kandung kemih yang
penuh
10. Prognosis
Pada
janin, prognosanya agak buruk (mortalitas
kurang lebih 50%) terutama karena :
- Kongenital
anomali
- Prematuritas
- Komplikasi
karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat
menumbung
- Eritroblastosis
- Diabetes
melitus
- Solutio
placenta jika ketuban pecah tiba-tiba
Pada
ibu:
1.
Solutio placenta
2. Atonia
uteri
3. Perdarahan
post partum
4. Retentio
placenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan
letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar
11.
Penatalaksanaan
Terapi
hidromnion dibagi dalam tiga fase:
- Waktu
hamil (di BKIA)
a.
Hidromnion ringan
jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis
b.
Pada hidromnion yang
berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat
sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa
dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah,
lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan
500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan
terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi
pungsi dapat berupa :
1)
Timbul his
2)
Trauma pada janin
3)
Terkenanya
rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4)
Infeksi serta syok
Bila
sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta,
maka pungsi harus dihentikan.
- Waktu
partus
a.
Bila tidak ada hal-hal
yang mendesak, maka sikap kita menunggu
b.
Bila keluhan hebat,
seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks
bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada
beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
c.
Bila sewaktu
pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban
mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon
beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah
supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi
kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
- Postpartum
a.
Harus hati-hati akan
terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan
dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika
b.
Untuk berjaga-jaga
pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c.
Jika perdarahan banyak,
dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan
antibiotika yang cukup. atau dengan
metode terbaru yaitu dengan :
v
Amniosentesis
Tujuannya adalah untuk meredakan
penderitaan ibu, dan cukup efektif untuk tujuan ini. Namun amniosentesis
kadang memicu persalinan walaupun hanya sebagian kecil cairan yangdikeluarkan.
Elliot dan kawan-kawan (1994) melaporkan hasil-hasil dari 200 amniosentesis
pada94 wanita dengan hidramnion. Kausa umum adalah transfusi antar kembar (38
%), idiopatik (26%), anomali janin (17 %) dan diabetes (12%).
Cara melakukan amniosentesis adalah
dengan memasukkan sebuah kateter plastik yangmenutupi secara erat sebuah jarum
ukuran 18 melalui dinding abdomen yang telah dianestesilokal ke dalam kantung
amnion. Jarum ditarik dan set infus intravena disambungkan ke kateter.Ujung
selang yang berlawanan diturunkan ke dalam sebuah silinder berskala yang
diletakkansetinggi lantai dan kecepatan aliran air ketuban dikendalikan dengan
klem putar sehinggadikeluarkan sekitar 500 ml/jam. Setelah sekitar 1500-2000 ml
dikeluarkan, ukuran uterus biasanya cukup berkurang sehingga kateter dapat
dikeluarkan. Dengan menggunakan teknik aseptik ketat, tindakan ini dapat
diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang bersangkutan merasanyaman. Elliott
dan kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap di dinding dan mengeluarkan1000 ml
dalam 20 menit (50 ml/menit).
v
Terapi Indomestasin
Dalam ulasan terhadap beberapa
penelitian, Kramer dan kawan-kawan (1994) menyimpulkan bahwa indometasin
mengganggu produksi cairan paru atau meningkatkan penyerapannya,mengurangi
produksi urin janin, dan meningkatkan perpindahan cairan melalui selaput
janin.Dosis yang digunakan oleh sebagian besar peneliti berkisar dari 1,5 – 3
mg/kg/hari. Cabrol dankawan-kawan (1987) mengobati 8 wanita dengan hidramnion
idiopatik sejak usia gestasi 24-35minggu dengan indometasin selama 2-11 minggu
Hidramnion, yang didefinisikan sebagai
minimal 1 kantung cairan ukuran 8 cm, membaik pada semua kasus.
Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua kasus baik. Kirshon
dankawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar) dengan hidramnion dari
minggu ke 21sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini, dilakukan 2 amniosintesis
terapeutik sebelum indometasindiberikan. Dari 11 janin, 3 kasus lahir mati
berkaitan dengan sindrom transfusi antar kembar dansatu neonates meninggal pada
usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal.
Mamopoulus dan kawan-kawan (1990)
mengobati 15 wanita, 11 mengidap diabetes yangmengalami hidramnion pada gestasi
25 – 32 minggu. Mereka diberi indometasin dan volumecairan amnion pada semua
wanita ini berkurang, dari rata-rata 10,7 cm pada gestasi 27 minggumenjadi 5,9
cm setelah terapi. Hasil akhir pada seluruh neonatus baik. Kekhawatiran utama pada
penggunaan indometasin adalah kemungkinan penutupan duktusarteriosus janin.
Moise dan kawan-kawan (1988) melaporkan bahwa 50% dari 14 janin yangibunya
mendapat indometasin mengalami konstriksi duktus seperti dideteksi oleh
ultrasonografiDoppler. Studi – studi yang dijelaskan sebelumnya tidak menemukan
adanya konstriksi menetapdan penyulit ini juga belum pernah dijelaskan dalam
studi-studi yang memberikan indometasinuntuk tokolitik.
B.
KONSEP
DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses
berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur
fikir bagi seorang bidan dan memberikan arah/kerangka dalam mengenai kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian manajemen menurut beberapa sumber:
a.
Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen
kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b.
Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen
kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang
khusus dilakuakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu,
keluarga dan masyarakat.
c. Menurut
Helen Varney (1997)
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasiakan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis dalam
pengambilan keputusan berfokus kepada klien.
Menurut Hellen Varney, ia
mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 loangakah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan
evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam asuahn yang mandiri, kolaborasi dan melakukan rujuakan yang
tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan
gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan
perinatal dan merujuk kasus.
Praktek kebidanan telah mengalami
perluasan peran dan fungsi dari fokus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisifasi tuntutan
kebutuahan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi senjak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi,
persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuahan pre dan post menopouse,
sehingga hal ini merupakan suatu tangtangan bagi bidan.
Langkah-langkah:
I.
Mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
II.
Menginterpretasikan data untuk
mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III.
Mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
IV.
Menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta
rujukan berdasarkan kondisi klien.
V.
Menyusun rencana asuhan secara
menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah-langkah sebelumnya.
VI.
Pelaksanaan langsung asuhan secara
efisien dan aman.
VII.Mengevaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses
untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Langkah-langkah dalam penatalaksnaan
pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai
langkah-langkah tersebut mungkinakan lebih memperjelas proses pemikiran dalam
proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada
kasus POLIHIDRAMNION.
Ketujuh langkah tersebut adalah:
Langkah I : PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Bila klien mengalami komplikasi yang
perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan, bidan perlu
melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah
awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar
atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Bidan harus mengkaji ulang data yang
sudah dikumpulkan untuk menilai ketepatan, kelengkapan dan keakuratan.
Data-data yang dikumpulkan
1. Data
subjektif
a. Biodata atau
identitas klien dan suami
-
Nama ibu/ suami : membedakan antara pasien satu dengan
yang lain
-
Umur ibu/ suami : mengetahui faktor resiko
-
Kebangsaan : memudahkan dalam berkomunikasi
-
Agama : memudahkan penanganan sesuai dengan kepercayaan pasien dan dapat memberi penyuluhan yang tidak bertentangan dengan agama
pasien
-
Pekerjaan : mengetahi status ekonomi dan aktivitas pasien
-
Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu sehingga bisa
meyesuaikan dalam pemberian penyuluhan
-
Alamat kantor : mengetahui dimana pasien bekerja
-
Alamat rumah : mengetahui
apakah rumah ibu jauh dari tempat
pelayanan kesehatan atau tidak sehingga apabila terjadi sesuatu pada ibu, ibu
bisa langsung mendapatkan pelayanan segera.
-
Nomor telepon : memudahkan menghubungi ibu.
b.
Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang
ketempat pelayanan kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang mungkin ditemui: Ibu mengatakan :
- perutnya lebih berat dan lebih besar dari biasanya
- mengeluh sesak nafas
- mual muntah
- nyeri pada ulu hati dan perut
karena tegangnya uterus
c. Riwayat
kesehatan
-
Lalu : mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
-
Sekarang : mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC.
Yang harus
diperhatikan yaitu penyakit jantng dan diabetes melitus karena polihidramnion
sering berkaitan degan keduanya.
v Jantung
Berhubungan dengan sirkulasi darah,
jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi janin juga akan terganggu.hipotesis
mentakan bahwa janin merampas sebagian besar sirkulasi ibu sehingga megamlami
hipertropi sehingga menigkatkan pengeluaran urin pada masa neonatus dini yang
mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan produksi urin.
v DM
Hidramnion yang sering terjadi pada
diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis
osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volume air ketuban
trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status
glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan
produksi urin janin pada wanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol
nondiabetik. Yang menarik, produks iurin janin meningkat pada wanita
nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
-
Keluarga : mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang
menderita penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
d.
Riwayat menstruasi
Mengetahui
tingkat kesuburan ibu
-
Menarche : mengetahui kapan ibu haid pertama kali
-
Siklus : mengetahui keteraturan haid
-
Lama :
merupakan
dalah satu indikator tingkat kesuburan ibu
-
Banyak nya : berapa kali
ibu mengganti duc dalam satu hari
-
Dismenore : mengetahui apakah ibu mengalami
kesulitan selama hamil khususnya rasa nyeri pada saat datangnya haid.
-
HPHT :
mengetahui
kapan ibu mulai hamil dan menentukan usia kehamilan ibu.
-
TP :
mengetahui
tafsiran persalinan sehingga sebelum hari- H datang, ibu dan suami serta
keluarga telah mempersiapkan segala kebutuhan ibu dan bayi.
e.
Riwayat pernikahan
-
Status pernikahan : mengetahui keadaan psikologis ibu
-
Lama pernikahan
-
Usia menikah
(mengetahui
kematangan reproduksi ibu dan kesiapan fisik, mental, emosional).
f.
Riwayat kehamilan, persalinan ,
nifas yang lalu.
-
Kehamilan, mengetahui
apakah ibu ada mengalami mual dan muntah, tidak nyaman diperu dan djj sulit
ditentukan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC, serta mengetahui apakah
ibu ada mendapatkan imunisasi TT.
-
Persalinan, mengetahui tempat persalinan, penolong
persalinan, jenis persalinan,dan penyulit dalam persalinan.
-
Anak, mengetahui jenis kelamin,berat badan anak.
-
Nifas , mengetahui bagaimana prses laktasi dan apakah
ada penyulit selama proses menyusui, involusi uterus serta lochea.
g.
Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan
klien merasa mual, muntah
Sesak nafas
dan tdak nyaman diperut
Gangguan
pencernaan
Oedema
Nyeri
abdomen
Ukuran
uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
(megindikasikan
trjadinya polihidramnion)
h.
Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui
apa jenis kontrasepsi yang digunakan
ibu, berapa lamanya, apa masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu,
serta apa alasan ibu untuk berhenti memakai kontrasepsi.
i.
Data psikososial dan spiritual
Mengetahui
bagaimana hubungan ibu dan suami keluarga serta tetangga, apakah lingkungan ibu
mendukung kehamilannya karena ini sangat berpengaruh terhadap mental ibu
menjalani kehamilaannya.
Mengetahui
bagaimana kebiasaan berobat klien, apakah ke nakes atau non nakes, serta
bagaimana hubungan ibu dengan Allah SWT, apakah ibu ada sholat atau tidak.
j.
Pengetahuan klien tentang penyakit
yang dideritanya
Mengetahui seberapa jauh ibu memahami dan mengetahui
tentang penyakit yang dideritanya(polihidramnion), tanda dan gejala, serta cara
mengatasinya.
k.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
v Nutrisi
-
Makan : mengetahui apa saja jenis,
porsi,frekwensi,pantangan dan masalah dalam pemenuhan makan ibu sehingga kita
bsa menilai bagaimana status nutrisi ibu.
-
Minum: mengetahui jenis, frekuensi,
jumlah dan malasalh dalam pemenuhan kebutuhan cairan sehingga kita bisa menilai
bagaimana kondisi cairan dan elektrolit
ibu aoakah tepenuhi atau tidak.
v Eliminasi
-
BAB: mengetahui
frekuensi,konsistensi,warna, bau dan masalah pada BAB ibu sehingga bidan bisa
melakukan intervensi yang tepat
-
BAK: mengetahui frekwuensi, jumlah,
bau dan masalah dalam buang air kecil. Apabila ada masalah bisa dilakukan
skrining lebih awal.
v Istirahat
-
Mengetahui berapa jam ibu tidur
siang dan malam,gangguan tidur serta masalah sehingga bidan bisa mengeathui
bagaimana pola pemenuhan istirahat pasien : kemungkinan ditemukan: pasien
mengalami gangguan tidur dan masalah tidak nyaman
v Personal
higiene
-
Mengetahui berapa kali ibu mandi
sehari, keramas, menggosok gigi,ganti pakaian ibu serta masalh.
v Aktifitas
Mengetahui
denagn adanya olihidramnion ini apakah ibu masih dapat melaukan aktifitas seperti
biasa atau tidak.
2. DATA
OBJEKTIF
Data
dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a.
Pemeriksaan umum
Secara
teoritis mungkin ditemukan dalam keadaan baik.
-
Keadaan umum : mengetahui apakah ibu bisa bekerja sama dengan tenaga
kesehatan atau tidak.
-
TTV(TD,N,P,S) : mengetahui keadaan ibu dalam batas normal atau tidak
-
TB, BB, LILA : mengetahui kebutuhan gizi ibu
b.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan
yang dilakukan secara head to too.
-
Inspeksi (periksa
pandang)
Yang dinilai
adalah bentuk tubuh normal.
·
Kepala, apakah ada massa atau tidak,bagaimana kebersihannya,warna rambut, distribusi rambut.
·
Muka, simetris atau tidak, apakah ada closmagravidarum,warna serta oedema.
·
Mata , menilai bagaimana kedaan conjunktiva,sklera,serta oedema palpebra.
·
Hidung, menilai bagaimana bentuk dan
kebersihannya.
·
Telinga,menilai bagaimana
bentuk,pendengaran dan pengeluarannya.
·
Mulut, menilai bagaimana keadaan bibir, lidah, gusi seta gigi apakah ada caries.
·
Leher,pemeriksaan kalenjer tiriod
dan limfe serta vena jugularis.
·
Payudara/dada, menilai bentuk
payudara,apakah ada bekas OP, papilla mammae menonjol atau tidak,apakah areola
mammae hiper[igmentasi, masaa ada atau tidak, masalah.
·
Abdomen, menilai bagaimana
pembesaran perut(apakah sesuai usia kehamilan atau tidak), dari kasus polihidramniomn ini ditemukan pembesaran perut tidak sesuai
dengan umur kehamilan,kelihatan perut sangat buncit dan tegang,kulit perut
berkilat, retak-retak kulit jelas,kadang-kadang umbilikus mendatar.Menilai
apakah ada bekas OP , beraa TFU, serta menilai apakah ada masalah pada abdomen
ibu. Dalam kasus polihidramnion ini
kemungkinan ibu mengeluh bahwa ada masalah pada perutnya yaitu perutnya lebih
berat dan lebih besar dari biasanya,nyeri tekan karena tegangnya uterus serta
adanya oedema pada abdomen.
Ektremitasbawah/atas,
menilai bagaimana bentuk tungkai, apakagh ada varises, oedema serta reflek
patella.Dari kasus hidramnion ini
ditemukan ada oedema.
Genitalia
eksterna,menilai bagaimana kebersihannya, apakah ada varises pengeluaran,
masalah serta oedema. Pada kasus
hidramnion ini ditemukan adanya oedema pada vulva.
-
Palpasi(periksa raba)
Menggunakan cara leopold,kemungkinan hasil
yang didapatkan:
Perut teraba tegang serta terjadi
oedema pada dinding perut
Fundus uteri lebih tinggi dari
tuanya kehamilan sesungguhnya
Bagian-bagian janin sukar dikenali
karena banyaknya cairan
Karena bebasnya janin bergerak dan
kepala tidak tertafsir maka terjadi kesalahan-kesalahan letak janin.
-
Auskultasi
Kemungkinan
djj sukar didengar/ terdengar halus.
-
Perkusi, reflek paella positif ki/ka
c.
Pemeriksaan dalam
Selaput
ketuban teraba menonjol meskipun diluar his.
d.
Pemeriksaan penunjang
-
Laboratorium : HB, protein urin, reduksi.
-
USG :
nampak bayangan terselubung kabut karena banyaknya cairan, kadang bayangan
janin tidak jelas.
LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini, bidan melakukan
identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat
terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Perasaan takut tidak termasuk dalam
kategori nomenklatur standar diagnosis tetapi akan menciptakan masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan rencana untuk mengurangi rasa
takut.
Diagnosisi kebidanan adalah diagnosa
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis
kebidanan:
1. Diakui dan telah
disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung
dengan praktik kebidanan
3. Memiliki ciri khas
kebidanan
4. Didukung oleh Clinical
Judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan
dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan.
Berdasarkan kasus polihidramnion, maka kemungkinan
interpretasi datayang timbul adalah:
- Diagnosa
Ibu
hamil/tidak G..P..A..H..gravid....minggu, janin hidup/tidak ,tunggal/kembar intrauterin/ ekstrauterin,let-kep / let-su,
pu-ka / pu-ki, keadaan jalan lahir normal/ tidak, KU ibu dan janin baik/tidak,
dengan polihidramnion.
Dasar
Data
subjektif
-
HPHT,plano-Test (+),adanya gerakan
janin yang dirasakan ibu
-
Ibu mengatakan hamil.....bulan
-
Ibu mengatakan tidak datang haid
sejak....
-
Ibu mengatakan ini anak ke....
-
Ibu mengatakan perutnya lebih besar
dan berat dari biasanya
-
Ibu mengatakan mual muntah
-
Ibu mengatakan sesak nafas dan nyeri
pada ulu hati serta perut karena tegangnya uterus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar